-->

ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT DALAM JAMU DENGAN METODE KLT-DENSITOMETER

Laporan Praktikum

Analisis Sediaan Farmasi

Analisis Bahan Kimia Obat dalam Jamu dengan Metode KLT-Densitometer

 

universitas islam indonesia

 

Oleh :

         Nama                      : Dinda Yulia Wahyuni Bahri

         NIM                        : 18613114

         Kelompok               : C1

 

 

Program Studi Farmasi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Islam Indonesia

2020


     I.    Tujuan Percobaan

1.  Dapat menjelaskan prinsip dasar pemisahan senyawa secara kromatografi (KLT-Densitometri) dan aplikasinya

2.     Dapat menjelaskan alasan pemilihan metode kromatografi (KLT-Densitometri) untuk analisis Bahan Kimia Obat dalam jamu

3.      Dapat mempraktikkan analisis kualitatif dan kuantitatif Bahan Kimia Obat dalam jamu

4.  Dapat melakukan validasi metode analisis sehingga hasil pengukuran dapat dipertanggungjawabkan validitas hasilnya


    II.    Alat dan Bahan

Alat

1.        Cawan porselin

2.        Chamber

3.        Densitometer

4.        Gelas ukur 5 mL

5.        Linomat 5

6.        Pipet ukur 5 mL

7.        Pipet ukur 10 mL

8.        Propipet

9.        Ultrasonicator

10.    Waterbath 

Bahan

1.        Fase gerak 20 mL kloroform : aseton (80:20) (jenuh 1 jam) (yang digunkan)

2.        Fase gerak 25 mL kloroform : ametanol : ammonia 10% (80:17:3) (jenuh 1 jam)

3.        Kertas saring

4.        Sampel jamu serbuk

5.        Silica gel 60 F254

6.        Standart fenibutasol

7.    Standart parasetamol


    III.    Cara Kerja (Rencana)

a.        Pembuatan Fase Gerak

1)      Diukur volume eluen yang dibutuhkan berdasarkan volume chamber.

2)      Setelah eluen dibuat, dimasukkan ke dalam chamber, ditutup dan dibiarkan sampai jenuh dengan kertas saring

 

b.        Preparasi Sampel

1.      Sampel jamu ditimbang 250 mg, diekstraksi dengan menggunakan pelarut metanol dalam labu 25 mL. Larutan disonikasi selama 30 menit

2.      Diendapkan dengan sentrifuge 300 rpm selama 10 menit, diambil supernatan dan masukkan kedalam labu 25 mL dan disonikasi kembali selama 30 menit

3.      Hasil ekstrak ditotolkan pada plat KLT 3 μL dengan menggunakan fasa gerak dibandingkan dengan standar. Lihat bercak yang dihasilkan dibawah lampu UV pada λ = 245 nm. Berikan tanda pada bercak yang dihasilkan. Tentukan harga Rf dari bercak semua bercak yang muncul

 

c.       Pembuatan Kurva Baku

1)      Dibuat kurva baku yang diperoleh dari pengukuran campuran parasetamol dan fenil butason standar dengan konsentrasi masing-masing 10, 20, 40, 60, 80, dan 100 ppm

2)      Digunakan pelarut metanol. Kurva diperoleh dari luas area vs kadar

3)      Tulis perhitungan pengenceran pembuatan larutan seri kadar standart masing-masing pada lembar kerja

 

d.        Optimasi Panjang Gelombang Maksimal

1.      Optimasi λ max dilakukan dengan cara scanning λ max dari spotkurva baku parasetamol dan fenilbutason dipermukaan plat silika dengan menggunakan detektor UV yang terdapat dalam densitometer

2.      Cetak dan catat hasil scan λ pada lembar kerja  

 

e.       Penetapan Kadar Sampel

1)      Sampel ditotolkan pada plat silika gel 60 F254 sebanyak 3 totolan dengan volume 2 μL

2)      Kemudian dimasukkan dalam chamber untuk dielusi dengan eluen sampai batas yang ditentukan yaitu 1 cm dari atas plat

3)      Setelah dikeringkan, spot dalam plat silika dianalisis dengan densitometer dan akan diperoleh data berupa nilai AUC dari sampel

4)      Perhitungan kadar sampel dilakukan dengan memasukkan nilai AUC sampel ke persamaan regresi linier dari kurva baku, y = bx + a. Nilai y merupakan AUC sampel, x adalah konsentrasi/ kadar, b merupakan slope/kemiringan dan a adalah intersep

5)      Buat kurva baku konsentrasi vs AUC. Hitung persamaan regresi linier dan R2 !

 

f.       Penetapan Kadar Sampel

1.      Lakukan perhitungan akurasi dan presisi sesuai kriteria pada ICH

2.      Buat sampel spike dan standart adisi beserta penentuan repeatability intraday. Hitung parameter akurasi dan presisnya !  

 

     IV.    Cara Kerja (Realisasi)

a.        Pembuatan Fase Gerak

1)      Dibuat fase gerak sebanyak 20 ml kloroform : aseton (80:20)

2)      Kemudian dicampur dalam lemari asam dan dimasukkan dalam chamber, ditunggu sampai jenuh (45 menit)

 

b.        Preparasi Sampel

1.      Sampel jamu ditimbang 250 mg, diekstraksi dengan menggunakan pelarut metanol dalam labu 25 mL. Larutan disonikasi selama 30 menit

2.      Diendapkan dengan sentrifuge 300 rpm selama 10 menit, diambil supernatan dan masukkan kedalam labu 25 mL dan disonikasi kembali selama 30 menit

3.      Hasil ekstrak ditotolkan pada plat KLT 3 μL dengan menggunakan fasa gerak dibandingkan dengan standar. Lihat bercak yang dihasilkan dibawah lampu UV pada λ = 245 nm. Berikan tanda pada bercak yang dihasilkan. Tentukan harga Rf dari bercak semua bercak yang muncul


Pembuatan Standar Fenilbutason Dan Paracetamol


·         Parasetamol

1.      Ditimbang 25 mg paracetamol murni

2.      Dilarutkan dengan menggunakan metanol

3.      Dimasukkan dalam labu 25 ml dan di add sampai tanda batas

 

 

·         Fenibutason

 

1.      Ditimbang 25 mg fenibutason murni

2.      Dilarutkan dengan menggunakan metanol

3.      Dimasukkan dalam labu 25 ml dan di add sampai tanda batas 



c.       Pembuatan Kurva Baku

1)      Dibuat kurva baku yang diperoleh dari pengukuran campuran parasetamol dan fenil butason 

2)   Dibuat kurva baku yang diperoleh dari pengukuran campuran parasetamol dan fenil butason standar dengan konsentrasi masingmasing 10, 20, 40, 60, 80, dan 100 ppm

3)      Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL

4)    Diadd dengan menggunakan methanol sampai tanda batas

5)      Tulis perhitungan pengenceran pembuatan larutan seri kadar standart masing-masing pada lembar kerja

 

d.        Optimasi Panjang Gelombang Maksimal

1.      Optimasi λ max dilakukan dengan cara scanning λ max dari spotkurva baku parasetamol dan fenilbutason dipermukaan plat silika dengan menggunakan detektor UV yang terdapat dalam densitometer

2.      Cetak dan catat hasil scan λ pada lembar kerja  

 

e.       Penetapan Kadar Sampel

1)      Sampel ditotolkan pada plat silika gel 60 F254 sebanyak 19 yaitu sampel, std paracetamol, std fenilbutason, kurva baku (6), akurasi sampel (3), presisi sampel (7)

2)      Penotolan dilakukan menggunakan densitometer dengan volume 3 uL

3)      Kemudian dimasukkan dalam chamber untuk dielusi dengan eluen sampai batas yang ditentukan yaitu 1 cm dari atas plat

4)      Setelah dikeringkan, spot dalam plat silika dianalisis dengan densitometer dan akan diperoleh data berupa nilai AUC dari sampel

5)   Perhitungan kadar sampel dilakukan dengan memasukkan nilai AUC sampel ke persamaan regresi linier dari kurva baku, y = bx + a. Nilai y merupakan AUC sampel, x adalah konsentrasi/ kadar, b merupakan slope/kemiringan dan a adalah intersep

5)      Buat kurva baku konsentrasi vs AUC. Hitung persamaan regresi linier dan R2 !

 

f.       Penetapan Kadar Sampel

1.      Lakukan perhitungan akurasi dan presisi sesuai kriteria pada ICH

2.      Buat sampel spike dan standart adisi beserta penentuan repeatability intraday. Hitung parameter akurasi dan presisnya !


     V.    Perhitungan


1.        Pembuatan Standart Parasetamol dan Fenilbutazon

a.    Standart Parasetamol 1000 ppm

1000 mg/1000 ml = x mg / 25 ml

                          x = 25 mg

 

b.      Standart Parasetamol 1000 ppm

1000 mg/1000 ml = x mg / 25 ml

                          x = 25 mg

 

2)      Perhitungan Pembuatan Kurva Baku Masing-Masing Konsetrasi

a.       Campuran Parasetamol dan Fenilbutazon Standart Konsentrasi 100 ppm

M1 x V1 = M2 x V2

1000 ppm x V1 = 100 ppm x 10 ml

V1 = 1 ml

 

b.      Campuran Parasetamol dan Fenilbutazon Standart Konsentrasi 120 ppm

M1 x V1 = M2 x V2

1000 ppm x V1 = 120 ppm x 10 ml

V1 = 1.2 ml

 

c.       Campuran Parasetamol dan Fenilbutazon Standart Konsentrasi 140 ppm

M1 x V1 = M2 x V2

1000 ppm x V1 = 140 ppm x 10 ml

V1 = 1.4 ml

 

d.      Campuran Parasetamol dan Fenilbutazon Standart Konsentrasi 160 ppm

M1 x V1 = M2 x V2

1000 ppm x V1 = 160 ppm x 10 ml

V1 = 1.6 ml

 

e.       Campuran Parasetamol dan Fenilbutazon Standart Konsentrasi 180 ppm  

M1 x V1 = M2 x V2

1000 ppm x V1 = 180 ppm x 10 ml

V1 = 1.8 ml

 

f.       Campuran Parasetamol dan Fenilbutazon Standart Konsentrasi 200 ppm

M1 x V1 = M2 x V2

1000 ppm x V1 = 200 ppm x 10 ml

V1 = 2 ml




    VI.    Hasil/Data Pengamatan



Kadar

Area

100

1585.6

120

2055.9

140

2350.7

160

2957.7

180

3074.3

200

3254.5

 


Persamaan regresi linier : y = 17.152x - 26.414
                                        R² = 0.9573

a

26.414

b

17.152

r

0.9573

 

 

Sampel

Area

Kadar

1

1099.6

65.6491

2

11001.8

642.9696

3

11180.4

653.3823

 

 


Area

Kadar

Sampel 1

6103.8

357.4052

Sampel 2

6204.7

363.2879

Sampel 3

6100.9

357.2361

Sampel 4

6105.9

357.5276

Sampel 5

6198.6

362.9323

Sampel 6

6158

360.5652

Sampel 7

6120.9

358.4022

Rata-Rata

6141.829

359.6224

SD

2.6384

RSD/CV

0.7337

 

Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai % CV sebesar 0.7337 %. Hal tersebut menunjukkan nilai % CV bagus , karena menurut literature nilai % CV yang bagus ≤ 2%. Sehingga dapat dikatakan data tersebut presisi.


    VII.    Resume


Prinsip dasar Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yaitu suatu campuran senyawa dilarutkan dalam solvent yang tepat kemudian ditotolkan dalam fase diam dan dielusi dengan fase gerak. Prinsip pemisahan terjadi karena setiap zat mempunyai kemampuan berinteraksi dengan fase diam yang berbeda-beda satu sama lain. Senyawa yang mempunyai afinitas yang lebih besar dari fase diam mka akan berinteraksi lebih kuat dan lebih lama. Senyawa yang mempunyai afinitas yang kurang besar terhadap fase diam maka akan berinteraksi kurang kuat dan tidak terlalu lama. Jika pelarut bersifat polar, maka fase diamnya akan bersifat nonpolar.



Gambar 1

Kromatografi Lapis Tipis (KLT)


Identifikasi spot KLT, antara lain :

a.         RF

b.        Non Destruktik : tidak merusak KLT

c.         Destruktif : merusak KLT


Linomat digunakan untuk menotolkan sampel ke plat silica secara otomatis. Penggunaan Lensinometer bertujuan agar diperoleh hasil yang akurat seperti ukuran dan lebar totolan.

Densitometer digunakan untuk menginterprestasikan hasil dari plat silica berupa nilai RF dan AU.

Terdapat juga analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Pada analisi kualitatif akan diperoleh nilai RF. Sedangkan analisis kuantitatif akan diperoleh nilai AUC.

Ultrasonicator  digunakan untuk membantu memperkecil partikel dalam sampel.


Cara membaca kromatogram yaitu pertama liat puncak yang berdiri sendiri, kemudian dilihat puncak berada dalam substance berapa, dari substance tersebut akan diperoleh nilai area dan nilai RF (liat max RF). Berdasarkan hasil kurva baku dapat disimpulkan bahwa, semakin tinggi konsentrasi maka semakin besar areanya.




    VIII.    Kesimpulan

1.      Prinsip dasar Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yaitu  . Aplikasi Kromatografi Lapis Tipis (KLT) antra lain untuk kendali mutu tumbuhan obat, identifikasi tumbuhan obat, standarisasi produk obat herbal, tahapan dalam analisi sidik jari KLT, dan preparasi sampel.

2.   Pemilihan metode kromatografi (KLT-Densitometri) untuk analisis Bahan Kimia Obat dalam jamu, karena metode KLT merupakan metode yang sederhana dn cepat. KLT digunakan secara luas untuk analisis obat.

3.      Terdapat analisis kualitatif dan analisis kuantitatif dalam praktikum kali ini. Pada analisi kualitatif akan diperoleh nilai RF. Sedangkan analisis kuantitatif akan diperoleh nilai AUC.

4.   Validasi metode analisi yang dilakukan pada percobaaan ini adalah presisi. Presisi ditentukan berdasarkan nilai % CV. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai % CV sebesar 0.7337 %. Hal tersebut menunjukkan nilai % CV bagus , karena menurut literature nilai % CV yang bagus ≤ 2%. Sehingga dapat dikatakan data tersebut presisi.




DAFTAR PUSTAKA

Rafi, M. dkk., 2017., Atlas Kromatografi Lapis Tipis Tumbuhan Obat Indonesia Volume 1., Bogor : IPB-Press.

 

Wirastuti, A. dkk., 2016., Pemeriksaan Kandungan Bahan Kimia Obat (BKO) Prednison Pada Beberapa Sediaan Jamu Rematik., Jurnal Fitofarmaka., 3(1):130-134.

 

Wulansari, Y. D., 2011., Validasi Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) – Desnsitometer Pada Penetapan Kadar Kurkumin Dalam Sediaan Cair Obat Herbal Terstandart (OHT) KitantiR., Skripsi., Fakultas Farmasi., Universitas Sanata Dharma.


LihatTutupKomentar