-->

UJI DILUSI

 

LAPORAN PRAKTIKUM

UJI DILUSI

 

 

Disusun oleh:

Nama                           : Dinda Yulia Wahyuni Bahri        

NIM                            : 18613114

Kelas/Kelompok         : C/1





Program Studi Farmasi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Islam Indonesia

2020

______________________________________________________________________ 



I.              TUJUAN 

1.      Mampu mengaplikasikan teknik aseptis dalam bekerja di laboratorium mikrobiologi farmasi

2.      Mampu melakukan uji aktivitas antimikroba dan antiprotozoal

3.      Mampu mengevaluasi potensi antimikroba dan antiprotozoa dari obat/bahan obat

4.      Mampu disiplin dan bertanggungjawab dalam proses pembelajaran. Khususnya kedisiplinan dan bertanggungjawab dalam kehadiran dan tugas yang diberikan

 

II.           ALAT DAN BAHAN

1.      Tryptose Soya Broth

2.      Antibiotik

3.      Biakan Uji

4.      NaCl 0.9% Steril

5.      Aquades Steril

6.      Standar Brown/ Mc. Farland

7.      Tabung reaksi kecil + Rak Tabung

8.      Mikropipet

9.      Blue Tip, Yellow Tip

 

 

III.        CARA KERJA 

Catatan:

Buat skema kerja dari uji dilusi (sesuai yang ditunjukkan pada video tutorial)

1.      Semprot tangan dengan alcohol 70% Sebelum melakukan kerja di dalam BSC

2.      Diambil sejumlah antibiotic, kemudian dilakukan seri pengenceran

3.      Setelah dilakukan pengenceran, buang blue tip lalu ganti dengan yang baru

4.      Ditambahkan sejumlah kultur bakteri ke dalam seluruh seri pengenceran dan ditambahkan pula kultur bakteri ke dalam control

5.      Tabung reaksi dikeluarkan dari ruang pengujian yang steril menuju ke ruang inkubasi. Proses ini dilakukan dengan memindahkan tabung reaksi tersebut melalui transfer box

6.      Seluruh tabung reaksi dimasukkan ke dalam incubator, kemudian inkubasi pada suhu 36°C selama 24 jam

7.      Setelah diinkubasi selama 24 jam, ambil tabung reaksi dari incubator

8.      Lakukan pengamatan hasil pada tiap pengenceran dengan mengamati tingkat kekeruhannya

9.      Media cair yang keruh menunjukkan adanya bakteri yang tumbuh. Begitupula sebaliknya media cair yang jernih menunjukkan bakteri yang terhambat pertumbuhannya atau telah mengalami kematian

10.  Untuk menentukan konsentrasi KHM dan KBM maka perlu dilakukan konfirmasi dengan menginokulasikan hasil pengujian pada media padat dalam cawan petri

11.  Beri tanda pada bagian bawah cawan petri, kemudian bagi sesuai jumlah total tabung reaksi. Beri juga label pada cawan petri berupa seri pengenceran serta control

12.  Lakukan inokulasi bakteri dari tiap seri pengenceran ke media padat

13.  Seluruh tahapan dilakukan secara aseptis dan pemijaran ose dilakukan dengan menggunakan Bunsen elektrik

14.  Uji konfirmasi dilakukan untuk memastikan pada seri pengenceran berapa bakteri yang mengalami hambatan pertumbuhan maupun kematian

15.  Setelah selesai inokulasi, kemudian dilakukan inkubasi kembali. Masukkan cawan petri kedalam incubator lalu inkubasi pada suhu 36°C selama 24 jam

16.  Setelah diinkubasi selama 24 jam, cawan petri diambil dari incubator

17.  Diperoleh hasi uji konfirmasi penentuan KHM dan KBM. Tabung yang jernih terdapat pada pengenceran ½ dan ¼. Sedangkan hasil inokulasi (uji konfirmasi diperoleh tabung ½ : bakteri tidak tumbuh (KBM) dan Tabung ¼ : bakteri tumbuh (KHM)

 

 

IV.        HASIL (20)

Tentukan hasil pengujian berikut ini dan jelaskan cara interpretasi hasilnya



HASIL PENGUJIAN

 

UJI DILUSI ANTIBIOTIK TERHADAP BAKTERI PATOGEN

 

Data diambil dari:

https://www.researchgate.net/figure/Minimum-inhibitory-concentration-MIC-of-different-antibiotics-determined-for-Ec_tbl1_279551435





 Keterangan : 

Ec. faecium diganti jadi S. aureus

Lb. fermentum diganti jadi E.coli


 


INTERPRETASI HASIL

 

1.      Ampicillin, memiliki konsentrasi hambat minimal lebih besar/lebih baik pada bakteri E.coli dibandingkan dengan bakteri S. aureus.

2.      Bacitracin, memiliki konsentrasi hambat minimal lebih besar/lebih baik pada bakteri E.coli dibandingkan dengan bakteri S. aureus

3.      Benzyl penicillin,  memiliki konsentrasi hambat minimal lebih besar/lebih baik pada bakteri E.coli dibandingkan dengan bakteri S. aureus

4.      Vancomycin, memiliki konsentrasi hambat minimal lebih besar/lebih baik pada bakteri S. aureus dibandingkan dengan bakteri E. coli

5.      Chloramphenicol, memiliki konsentrasi hambat minimal yang sama antara bakteri E.coli dengan bakteri S. aureus

6.      Clindamycin, memiliki  konsentrasi hambat minimal lebih besar/lebih baik pada bakteri E.coli dibandingkan dengan bakteri S. aureus

7.      Erythromycin, memiliki konsentrasi hambat minimal lebih besar/lebih baik pada bakteri S. aureus dibandingkan dengan bakteri E. coli

8.      Tetracycline, memiliki konsentrasi hambat minimal lebih besar/lebih baik pada bakteri S. aureus dibandingkan dengan bakteri E. coli

9.      Rifampicin, memiliki konsentrasi hambat minimal lebih besar/lebih baik pada bakteri E.coli dibandingkan dengan bakteri S. aureus

 

Kesimpulan :

 

Antibiotic yang meliliki konsentrasi hambat minimal lebih baik atau lebih tinggi sehingga dapat dikatakan sensitiv pada bakteri S. aureus antara lain : Vancomycin, Erythromycin dan Tetracycline

 

Antibiotic yang meliliki konsentrasi hambat minimal lebih baik atau lebih tinggi sehingga dapat dikatakan sensitiv pada bakteri E.coli antara lain : Ampicillin, Bacitracin, Benzyl penicillin, Clindamycin dan Rifampicin

 

Antibiotic yang meliliki konsentrasi hambat minimal sama antara bakteri S. aureus dan bakteri E.coli sehingga dapat dikatakan sensitiv terhadap kedua bakteri tersebut adalah Chloramphenicol

 

UJI DILUSI SUATU PENELITIAN ANTIBAKTERI

 

Data diambil dari:

https://www.researchgate.net/publication/270895458_Chemical_Composition_Antioxidant_and_Antimicrobial_Activities_of_the_Essential_Oil_of_Nepeta_hindostana_Roth_Haines_from_India


 



INTERPRETASI HASIL

 

B. sutilis

1. Oil

·         MIC sebesar 4,0 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk menghambat pertumbuhan B. sutilis adalah 4,0 mcl/ml

·         MBC sebesar 8,0 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk membunuh B. sutilis adalah 8,0 mcl/ml

·         MFC Not Applicable karena B. sutilis bukan jamur melainkan bakteri

 

2. Antibiotik

·         MIC sebesar 8,0 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk menghambat pertumbuhan B. sutilis adalah 8,0 mcl/ml

·         MBC sebesar >16 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk membunuh B. sutilis adalah >16 mcl/ml

 

3. Fungicide

Nilai MIC dan MBC not applicable karena B. sutilis adalah bakteri bukan jamur

 

Erw. herbicola

1. Oil

·         MIC sebesar 2,0 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk menghambat pertumbuhan Erw. herbicole adalah 2,0 mcl/ml

·         MBC sebesar 8,0 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk membunuh Erw. herbicole adalah 8,0 mcl/ml

·         MFC Not Applicable karena Erw. herbicole bukan jamur melainkan bakteri

 

2. Antibiotik

·         MIC sebesar 4,0 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk menghambat pertumbuhan Erw. herbicole adalah 4,0 mcl/ml

·         MBC sebesar 16 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk membunuh Erw. herbicole adalah 16 mcl/ml

 

3. Fungicide

Nilai MIC dan MBC not applicable karena Erw. herbicole adalah bakteri bukan jamur

 

E. coli

1. Oil

·         MIC sebesar 2,0 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk menghambat pertumbuhan E. coli adalah 2,0 mcl/ml

·         MBC sebesar 8,0 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk membunuh E. coli adalah 8,0 mcl/ml

·         MFC Not Applicable karena E. coli bukan jamur melainkan bakteri  

   

2. Antibiotik

·         MIC sebesar 4,0 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk menghambat pertumbuhan E. coli adalah 4,0 mcl/ml

·         MBC sebesar 16 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk membunuh E. coli adalah 16 mcl/ml

 

3. Fungicide

Nilai MIC dan MBC not applicable karena E. coli adalah bakteri bukan jamur

 

Ps. putida

1. Oil

·         MIC sebesar 4,0 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk menghambat pertumbuhan Ps. putida adalah 4,0 mcl/ml

·         MBC sebesar >16 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk membunuh Ps. putida adalah >16 mcl/ml

·         MFC Not Applicable karena Ps. putida bukan jamur melainkan bakteri  

 

2. Antibiotik

·         MIC sebesar 8,0 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk menghambat pertumbuhan Ps. putida adalah 8,0 mcl/ml

·         MBC sebesar >16 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk membunuh Ps. putida adalah >16 mcl/ml

 

3. Fungicide

Nilai MIC dan MBC not applicable karena Ps. putida adalah bakteri bukan jamur

 

Sal. typhi

1. Oil

·         MIC sebesar 8,0 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk menghambat pertumbuhan Sal. typhi adalah 8,0 mcl/ml

·         MBC sebesar >16 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk membunuh Sal. typhi adalah >16 mcl/ml

·         MFC Not Applicable karena Sal. typhi bukan jamur melainkan bakteri  

 

2. Antibiotik

·         MIC sebesar 16 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk menghambat pertumbuhan Sal. typhi adalah 16 mcl/ml

·         MBC sebesar >16 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk membunuh Sal. typhi adalah >16 mcl/ml

 

3. Fungicide

Nilai MIC dan MBC not applicable karena Sal. typhi adalah bakteri bukan jamur

 

A. flavus

1. Oil

·         MIC sebesar 1,0 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk menghambat pertumbuhan A. flavus adalah 1,0 mcl/ml

·         MBC Not Applicable karena A. flavus bukan bakteri melainkan jamur,

·         MFC sebesar 3.5  mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk membunuh A. flavus adalah 3,5 mcl/ml

 

2. Antibiotik

Nilai MIC dan MBC not applicable karena A. flavus bukan bakteri melainkan jamur.

 

3. Fungicide

·         MIC sebesar 3,5 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk menghambat pertumbuhan jamur A. flavus adalah 3,5 mcl/ml

·         MFC sebesar >5,0 mcl/ml, artinya konsentrasi terkecil untuk membunuh jamur A. flavus sebesar >5,0  mcl/ml.

 

A. Niger

1. Oil

·         MIC sebesar 1,5 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk menghambat pertumbuhan A. niger adalah 1,5 mcl/ml

·         MBC Not Applicable karena A. niger bukan bakteri melainkan jamur,

·         MFC sebesar 5,0  mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk membunuh A. niger adalah 5,0 mcl/ml

 

2. Antibiotik

Nilai MIC dan MBC not applicable karena A. niger bukan bakteri melainkan jamur.

 

3. Fungicide

·         MIC sebesar 3,0 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk menghambat pertumbuhan jamur A. niger adalah 3,0 mcl/ml

·         MFC sebesar >5,0 mcl/ml, artinya konsentrasi terkecil untuk membunuh jamur sebesar >5,0  mcl/ml.

 

A. ochraceus

1. Oil

·         MIC sebesar 0.5 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk menghambat pertumbuhan A. ochraceus adalah 0.5 mcl/ml

·         MBC Not Applicable karena A. ochraceus bukan bakteri melainkan jamur,

·         MFC sebesar 1,5  mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk membunuh A. ochraceus adalah 1,5 mcl/ml

 

2. Antibiotik

Nilai MIC dan MBC not applicable karena A. ochraceus bukan bakteri melainkan jamur.

 

3. Fungicide

·         MIC sebesar 2,0 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk menghambat pertumbuhan jamur A. ochraceus adalah 2,0 mcl/ml

·         MFC sebesar 4,5 mcl/ml, artinya konsentrasi terkecil untuk membunuh jamur sebesar 4,5mcl/ml.

 

A. terreus

1. Oil

·         MIC sebesar 1,5 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk menghambat pertumbuhan A. terreus adalah 1.5 mcl/ml

·         MBC Not Applicable karena A. terreus bukan bakteri melainkan jamur,

·         MFC sebesar >5  mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk membunuh A. terreus adalah >5 mcl/ml

 

2. Antibiotik

Nilai MIC dan MBC not applicable karena A. terreus bukan bakteri melainkan jamur.

 

3. Fungicide

·         MIC sebesar 3,0 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk menghambat pertumbuhan jamur A. terreus adalah 3,0 mcl/ml

·         MFC sebesar >5,0 mcl/ml, artinya konsentrasi terkecil untuk membunuh jamur sebesar >5,0  mcl/ml.

 

F. nivale

1. Oil

·         MIC sebesar 2,0 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk menghambat pertumbuhan F.nivale adalah 2,0 mcl/ml

·         MBC Not Applicable karena F.nivale bukan bakteri melainkan jamur,

·         MFC sebesar 3,5  mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk membunuh F.nivale adalah 3,5 mcl/ml

 

2. Antibiotik

Nilai MIC dan MBC not applicable karena F.nivale bukan bakteri melainkan jamur.

 

3. Fungicide

·         MIC sebesar 2,5 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk menghambat pertumbuhan jamur F.nivale adalah 2,5 mcl/ml

·         MFC sebesar >5,0 mcl/ml, artinya konsentrasi terkecil untuk membunuh jamur sebesar >5,0  mcl/ml.

 

F. oxysporum

1. Oil

·         MIC sebesar 2,0 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk menghambat pertumbuhan F.oxysporum adalah 2,0 mcl/ml

·         MBC Not Applicable karena F.oxysporum bukan bakteri melainkan jamur,

·         MFC sebesar 4,5  mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk membunuh F.oxysporum adalah 4,5 mcl/ml,

 

2. Antibiotik

Nilai MIC dan MBC not applicable karena F.oxysporum bukan bakteri melainkan jamur.

 

3. Fungicide

·         MIC sebesar 3,0 mcl/ml artinya konsentrasi terkecil untuk menghambat pertumbuhan jamur F.oxysporum adalah 3,0 mcl/ml

·         MFC sebesar >5,0 mcl/ml, artinya konsentrasi terkecil untuk membunuh jamur sebesar >5,0  mcl/ml.


 

V.           PEMBAHASAN


1.      Pada uji dilusi terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan antara lain :

a. Konsentrasi bakteri yang digunakan (CFU/mL)

b. Antibiotik yang dibuat dalam seri pengenceran

Jelaskan bagaimana faktor-faktor tersebut berperan dalam uji ini!

 

a.    Konsentrasi bakteri yang digunakan : sebelum melakukan pengujian, maka perlu dilakukan stadarisasi dengan Mac. Farland untuk memperkirakan  jumlah bakteri dalam per mL (108). Konsentrasi bakteri harus sama dengan standar Mac. Farland. Jika konsentrasi sama dengan Mac. Farland maka kita dapat memperkirakan jumlah  bakteri dalam per mL

b.   Antibiotik yang dibuat dalam seri pengenceran : Seri pengenceran yang digunakan tidak boleh terlalu tinggi ataupun terlalu rendah, karena jika konsentrasi terlalu tinggi maka bakteri akan mati semua dan jika konsentrasi terlalu rendah maka bakteri akan tetap tumbuh terus. Sehingga tidak bisa mennetukan KHM dan KBM

(Aristyawan. A. D, dkk., 2017)

 

2.      Jelaskan perbedaan uji dilusi dengan uji difusi!

 

Uji dilusi digunakan untuk mengukur KHM dan KBM dengan cara melihat kekeruhannya. Sedangkan uji difusi digunakan untuk menentukan sensitivitas atau resistensi bakteri uji terhadap antibiotic dengan cara melihat zona hambatnya (Fitriana. Y. A. N, dkk., 2019)

 

3.      Dalam uji dilusi dilakukan uji konfirmasi dengan melakukan streak plate hasil pengujian, apa fungsinya?

 

Fungsi dari uji konfirmasi dengan melakukan streak plate yaitu untuk memastikan apakah masih ada bakteri yang tumbuh atau tidak dan untuk melihat pertumbuhan bakteri sehingga dapat dinilai KBM-nya serta untuk memastikan nilai KHM dan KBM (Mulyani. I. D, dkk., 2017)

 

4.      Uraikan apa itu KHM dan KBM serta tujuan mengetahui kedua parameter tersebut dalam suatu agen antimikroba!

 

KHM )konsentrasi hambat minimum) adalah konsentrasi terkecil yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji, tujuannya sebagai petunjuk konsentrasi antibiotik yang mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan juga memberikan petunjuk mengenai dosis yang diperlukan dalam pengobatan penyakit serta dapat memberikan petunjuk konsentrasi terendah antibiotik yang harus dicapai pada lokasi infeksi agar dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Sedangkan KBM  (konsentrasi bunuh minimal) adalah konsentrasi terkecil yang mampu membunuh bakteri uji, tujuannya sebagai petunjuk konsentrasi antibiotik yang mampu membunuh mikroorganisme (Agustin. A. M., 2019)

 

 

5.      Terdapat pengembangan uji dilusi yang disebut dengan time kill assay, jelaskan prinsip kerja, tujuan dan aplikasi/penggunaan uji tersebut!

 

Prinsip kerja : time kill assay melibatkan beberapa seri pengenceran bakteri dan antibikroba yang akan diuji dan diamati pada interval waktu tertentu. Hasil dari pengenceran dapat diinterpretasikan dalam satuan CFU/nlm dengan stadart yang sudah ada (PSE ISMAFARSI., 2019). Metodenya sama seperti ALT. Tujuannya yaitu untuk menentukan onset/waktu dalama membunuh bakteri tertentu. Aplikasi/penggunaan uji time kill assay adalah mencuci tangan selama 20 detik

 

 

6.      Terdapat pengembangan uji dilusi yang disebut dengan E-test, jelaskan prinsip kerja, tujuan dan aplikasi/penggunaan uji tersebut!

 

Prinsip kerja E-test merupakan kombinasi uji difusi dan delusi, karena terdapat proses seri pengenceran kemudian dilihat zona hambatnya. Tujuannya untuk mengestimasi MIC atau KHM. Aplikasi/penggunaan E-test adalah mengetahui kemampuan suatu zat antimikroba sebagai agen bakterisidal serta mengetahui sensitifitas , sesceptibilitas dan resistensi bakteri terhadap antibiotic tertentu yang biasanya digunakan di rumah sakit (Kambang, dkk., 2019)

 

 

VI.             KESIMPULAN

1.      Terdapat beberapa jenis teknik aseptis, yaitu :

·         Teknik aseptic basah menggunakan autoklaf

Langkah Kerja :

a.       Tutup labu erlemeyer menggunakan aluminium foil atau penutup botol

b.      Hidupkan autoklaf kemudian tambahkan air kedalam autoklaf

c.       Letakkan labu erlemeyer kedalam keranjang

d.      Masukkan keranjang kedalam autoklaf

e.       Tutup rapat autoklaf

f.       Atur suhu pada 121 derajat pada tekanan 15 psi

g.      Autoklaf dijalankan selama 15 menit

h.      Catat identita media yang dimasukkan kedalam autoklaf

i.        Setelah berakhir, buka autoklaf menggunakan sarung tahan panas

j.        Dinginkan media hingga 45 derajat celcius

Tujuannya : untuk mensterilisasikan media dari bakteri dengan menggunakan tekanan tinggi atau uap air

 

·      Teknik aseptis dengan pemanasan

Langkah Kerja : dipanaskan osen dan mulut tabung pada nyala api

Tujuannya : untuk memusnahkan bakteri pada osen dan mulut tabung agar tidak terjadi kontaminasi

 

·      Teknik aseptis dengan menggunakan alcohol 70% (Teknik yang digunakan pada praktikum)

Langkah Kerja :disemprotkan alcohol pada seluruh bagian BSC, kemudian dilap kearah luar BSC

Tujuannya : untuk mensterilkan BSC dan bakteri dengan menyemprotkan disinfektan

 

2.      Pada praktikum ini dilakukan uji antimikroba dengan menggunakan metode dilusi. Pada metode ini akan diperoleh nilai KMB dan KHB untuk mengetahui konsentrasi hambat bakteri dan konsentrasi bunuh bakteri

 

3.      Evaluasi dilihat dari nilai KBM dan KHB untuk menentukan jenis antibiotic yang resisten atau sensitiv untuk bakteri tertentu



4.      Insyallah bertanggung jawab dan disiplin J

 

 ______________________________________________________________________ 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

1.      Agustin. A. M., 2019., Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Buah dan Daun Tin (Ficus carica L.) Terhadap Bakteri Patogen., Skripsi., Jurusan Sains Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.

 

2.      Aristyawan. A. D dkk., 2017., Potensi Antibakteri dari Ekstrak Etanol Sppons Agellas cavernosa., Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia., 4(1) : 39-43

 

3.      Fitriana. Y. A. N, dkk., 2019., Aktivitas Antibakteri Daun Sirirh : Uji Ekstrak KHM (Kadar Hambat Minimun) dan KBM (Kadar Bakterisidal Minimum)., Sainteks., 16(2) : 101-108

 

4.      Mulyani. I. D, dkk., 2017., Daya Antibakteri Ekstrak Metanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn) Terhadap Bakteri Vibro cholera., Prosiding Pendidikan Dokter., 3(2) : 143-148

 

5.      PSE ISMAFARSI., 2019., [NOTULENSI PHARM-C] Aktivitas Sinergis Antara Antibiotik Dengan Senyawa Curcumin., https://medium.com/student-prescription/notulensi-pharm-c-aktivitas-sinergisme-antara-antibiotik-dengan-senyawa-curcumin-6ca2f4f409ca ., Diakses pada 1 Desember 2020.

 

6.      Kambang, dkk., 2019., Kajian Pustaka : Uji Kepekaan pada Corynebacterium diphtheria., Jurnal Biotek Medisiana Indonesia., 8(2) : 121-133

LihatTutupKomentar